Sabtu, 17 November 2012

Siswa SMK 2 Langsa Bikin Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar !!!

Hebat! Siswa SMK 2 Langsa Bikin Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar !!! at 8:12 AM foto-menarik.blogspot.com - Hebat! Siswa SMK 2 Langsa Bikin Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar !!! Beberapa waktu lalu anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menghentak publik nasional dengan pembuatan mobil Esemka. Siswa SMK kini menggebrak lagi dengan penemuan alat yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. Hebat!
Adalah anak-anak SMK Negeri 2 Langsa, Aceh, yang membuat alat ini dengan bimbingan dari sang kepala sekolah, Makmur Lingga. Penelitian dan pengembangan alat ini dilakukan sejak 3 tahun lalu, bekerja sama dengan lembaga penelitian bernama Green Energy Institute. "Alat ini bisa digunakan untuk kendaraan bermotor roda 4 hingga 12," ujar Kepala Sekolah SMKN 2 Langsa, Makmur Lingga, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (9/2/2012). Menurut dia, apa yang dilakukan anak-anak SMK ini bukan penemuan baru. Sebab pada 1833 telah dikembangkan oleh ilmuwan Michael Faraday dengan elektrolisa air. Di mana dalam elektrolisa air ada perubahan muatan elektron maupun atom. "Kita kan butuh peralatan yang tidak sedikit, sehingga kita juga kerja sama dengan perusahaan di Jakarta, Pronto Engineering. Setelah tiga tahun kita kembangkan ternyata membuahkan hasil," lanjut Makmur. Alat yang dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor tersebut diberi nama WaVe++SMK. WaVe merupakan singkatan dari Water as a Vehicle's Fuel, mengacu pada fungsi alat tersebut yang menjadikan air sebagai bahan bakar. Nama SMK sengaja dilekatkan pada alat ini sebagai bentuk apresiasi kepada SMKN 2 Langsa sebagai institusi yang telah mengembangkan dan merakit alat tersebut. "Ini masih belum 100 persen air, baru sekitar 50 persen. Air masih belum jadi bahan bakar langsung. Ke depannya kami ingin mengembangkan bisa air 100 persen jadi bahan bakarnya," tutur Makmur. WaVe++SMK terdiri dari 5 komponen yakni generator gas, filter, kontrol elektrik, tangki air, dan pengaturan tegangan. Bahan-bahan utama pembuat alat itu adalah stainless steel. "Ada generator gasnya. Jadi kita campurkan kimia, lalu ada pemanasan dialirkan melalui alat pengubah molekul yang disebut generator gas. Setelah air mengalir lalu diubah gas dan masuk filter, lalu masuk ke intake manipol mesin," paparnya. Menurut dia, dengan 600 ml air bersih bisa digunakan kendaraan roda empat dan bahkan lebih untuk melaju hingga daya tempuh 2.000 km. Ketika air habis, bisa diisi dengan air biasa. "Masih tetap menggunakan bensin atau solar, tapi pemakaiannya jadi lebih irit. Selain itu memperbaiki emisi mesin sehingga jadi ramah lingkungan. Bisa membantu mengurangi emisi 20-60 persen," jelas Makmur.

inilah aksi anak negeri ini....

Prestasi yang diraih anak-anak bangsa di pentas internasional memang layak diberikan apresiasi. Lihat saja, pada ajang International Environmental Project Olympiad (Inepo) ke-18 di Istambul, Turki pada 19-22 Mei 2010 lalu, Tim Indonesia yang diwakili anak-anak SMAN 5 Madiun, SMA Saint Lorensia Serpong, Tangerang dan SMA Semesta Bilingual Boarding School (BBS) Semarang berhasil menyabet 3 emas dari 11 emas yang dilombakan. Salah satu dari 3 tim Indonesia yang meraih emas di ajang tersebut adalah tim SMAN 5 Madiun. Karya ilmiah yang diusung mereka ke Inepo adalah batu bata yang dibuat dari campuran tanah dan abu limbah pabrik gula (PG) yang diklaim tahan gempa. Batu bata itu sudah diuji di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Hebatnya lagi, mereka yang melakukan penelitian mengenai batu bata anti gempa ini ternyata adalah para siswi di sekolah tersebut yang kesehariannya sangat jarang bergaul dengan dunia konstruksi. Adalah Nina Milasari (kelas 11) dan Christina Kartika Bintang Dewi (kelas 10) yang meraih penghargaan tersebut. Selain lebih kuat mampu menahan beban 91831,56 Pa, batu bata ini juga lebih ringan 2 ons dibanding batu bata biasa ukuran yang sama. Tak hanya itu, batu bata ini juga lebih murah. Dengan biaya produksi Rp Rp 160 ribu per 1.000 bata, ia lebih murah dibanding bata biasa yang biaya produksinya Rp 178 ribu per 1.000 keping. Meski karya siswanya diakui internasional, sekolah sendiri belum punya rencana terhadap produk tersebut, termasuk mematenkan atau memproduksinya dalam skala massal. “Itu nanti. …………. Mau dipatenkan atau diproduksi massal, itu kan butuh waktu untuk koordinasi antara sekolah, Dinas Pendidikan, Pemkot Madiun, dan pihak lain. Karena untuk memroduksi massal, pasti butuh dana, sarana, prasarana yang tidak sedikit, dan sekolah pasti tak mampu,” kata Wakil Kepala SMAN 5 Kota Madiun bidang Kesiswaan, Drs Priyo Ami Susilo. Dibalik kesuksesan tersebut, ternyata persiapan keberangkatan tim ini dilakukan dengan susah payah. Pemkot Madiun kurang merespons karena merasa pengajuan permohonan bantuan dana ke ajang ini tidak pernah mereka terima. Sebaliknya, sekolah merasa sudah 2 kali mengirimkan proposal. Akhirnya, sekolah dan komite sekolah berusaha keras mencari dana berbagai pihak, termasuk melakukan penggalangan dana ke sejumlah kampus dan terakhir dicukupi Departemen Pendidikan Nasional.Meski demikian, Pemkot Madiun ikut bangga. “Saya ikut bangga sekali atas prestasi tingkat internasional yang diraih oleh siswa SMAN 5,” ujar Kabag Humas Pemkot Madiun, Drs Edi Hermayanto. Adakah rasa menyesal atas sikap pemkot yang terkesan kurang mendukung keberangkatan tim ini ke Turki? “Lho siapa yang mempersulit? Tidak ada. Ya, karena waktu itu masalah mekanismenya saja. Tapi akhirnya kan Pak Wali sudah memanggil mereka (tim karya ilmiah), dan Pak Wali sudah memberikan uang saku,” tukasnya. Priyo menyebutkan tak ada bantuan langsung dari pemkot untuk memberangkatkan tim mereka. Dana yang mereka pakai didapat dari penggalangan dana spontanitas dari sejumlah kampus dan sekolah (Rp 35 juta), komite sekolah (Rp 10 juta), para guru SMAN 5 Kota Madiun (Rp 5 juta), dan uang saku dari Kemendiknas (Rp 6,5 juta/orang). Kemendiknas juga menanggung tiket pesawat pulang pergi serta akomodasi selama tiga hari pelaksanaan olimpiade. Kelebihan waktu dari 3 hari pelaksanaan olimpiade ditanggung oleh tim dari uang saku hasil penggalangan dana itu. Selain tim dari SMAN 5 Kota Madiun ini yang meraih emas di bidang fisika, dua peraih emas lain dari Indonesia adalah SMA Sant Lorensia Serpong, Tangerang dan SMA Semesta Bilingual Boarding School (BBS) Semarang (keduanya bidang kimia). Good….goood…..gooood….
Prestasi yang diraih anak-anak bangsa di pentas internasional memang layak diberikan apresiasi. Lihat saja, pada ajang International Environmental Project Olympiad (Inepo) ke-18 di Istambul, Turki pada 19-22 Mei 2010 lalu, Tim Indonesia yang diwakili anak-anak SMAN 5 Madiun, SMA Saint Lorensia Serpong, Tangerang dan SMA Semesta Bilingual Boarding School (BBS) Semarang berhasil menyabet 3 emas dari 11 emas yang dilombakan. Salah satu dari 3 tim Indonesia yang meraih emas di ajang tersebut adalah tim SMAN 5 Madiun. Karya ilmiah yang diusung mereka ke Inepo adalah batu bata yang dibuat dari campuran tanah dan abu limbah pabrik gula (PG) yang diklaim tahan gempa. Batu bata itu sudah diuji di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Hebatnya lagi, mereka yang melakukan penelitian mengenai batu bata anti gempa ini ternyata adalah para siswi di sekolah tersebut yang kesehariannya sangat jarang bergaul dengan dunia konstruksi. Adalah Nina Milasari (kelas 11) dan Christina Kartika Bintang Dewi (kelas 10) yang meraih penghargaan tersebut. Selain lebih kuat mampu menahan beban 91831,56 Pa, batu bata ini juga lebih ringan 2 ons dibanding batu bata biasa ukuran yang sama. Tak hanya itu, batu bata ini juga lebih murah. Dengan biaya produksi Rp Rp 160 ribu per 1.000 bata, ia lebih murah dibanding bata biasa yang biaya produksinya Rp 178 ribu per 1.000 keping. Meski karya siswanya diakui internasional, sekolah sendiri belum punya rencana terhadap produk tersebut, termasuk mematenkan atau memproduksinya dalam skala massal. “Itu nanti. …………. Mau dipatenkan atau diproduksi massal, itu kan butuh waktu untuk koordinasi antara sekolah, Dinas Pendidikan, Pemkot Madiun, dan pihak lain. Karena untuk memroduksi massal, pasti butuh dana, sarana, prasarana yang tidak sedikit, dan sekolah pasti tak mampu,” kata Wakil Kepala SMAN 5 Kota Madiun bidang Kesiswaan, Drs Priyo Ami Susilo. Dibalik kesuksesan tersebut, ternyata persiapan keberangkatan tim ini dilakukan dengan susah payah. Pemkot Madiun kurang merespons karena merasa pengajuan permohonan bantuan dana ke ajang ini tidak pernah mereka terima. Sebaliknya, sekolah merasa sudah 2 kali mengirimkan proposal. Akhirnya, sekolah dan komite sekolah berusaha keras mencari dana berbagai pihak, termasuk melakukan penggalangan dana ke sejumlah kampus dan terakhir dicukupi Departemen Pendidikan Nasional.Meski demikian, Pemkot Madiun ikut bangga. “Saya ikut bangga sekali atas prestasi tingkat internasional yang diraih oleh siswa SMAN 5,” ujar Kabag Humas Pemkot Madiun, Drs Edi Hermayanto. Adakah rasa menyesal atas sikap pemkot yang terkesan kurang mendukung keberangkatan tim ini ke Turki? “Lho siapa yang mempersulit? Tidak ada. Ya, karena waktu itu masalah mekanismenya saja. Tapi akhirnya kan Pak Wali sudah memanggil mereka (tim karya ilmiah), dan Pak Wali sudah memberikan uang saku,” tukasnya. Priyo menyebutkan tak ada bantuan langsung dari pemkot untuk memberangkatkan tim mereka. Dana yang mereka pakai didapat dari penggalangan dana spontanitas dari sejumlah kampus dan sekolah (Rp 35 juta), komite sekolah (Rp 10 juta), para guru SMAN 5 Kota Madiun (Rp 5 juta), dan uang saku dari Kemendiknas (Rp 6,5 juta/orang). Kemendiknas juga menanggung tiket pesawat pulang pergi serta akomodasi selama tiga hari pelaksanaan olimpiade. Kelebihan waktu dari 3 hari pelaksanaan olimpiade ditanggung oleh tim dari uang saku hasil penggalangan dana itu. Selain tim dari SMAN 5 Kota Madiun ini yang meraih emas di bidang fisika, dua peraih emas lain dari Indonesia adalah SMA Sant Lorensia Serpong, Tangerang dan SMA Semesta Bilingual Boarding School (BBS) Semarang (keduanya bidang kimia). Good….goood…..gooood….

Lifi Pengganti Wifi Berbasis Cahaya

Sebuah penelitian menghasilkan sebuahteknologi yang disebut sebagai Light Fidelity atau LiFi menjanjikan kecepatantransfer yang lebih cepat dibanding WiFi dan LiFi kemungkinan akan menggantikanWiFi dimasa mendatang.

WiFi atau Wireless Fidelity mungkin sudahakrab ditelinga pengguna komputer. WiFi ini juga sering disebut sebagai WLAN(Wireless Local Area Network) yang menggunakan gelombang radio dengan frekuensi2,4GHz yang menggunakan standar IEEE 802.11.

Baru-baru ini para peneliti dari UniversitasEdinburg telah mengembangkan sistem jaringan wireless atau nirkabel yang mampumenghasilkan kecepatan transfer hingga 130mbps menggunakan teknologi cahaya.

Teknologi yang disebut sebagai LiFi (LightFidelity) ini menggunakan LED (Light Emiting Diode) untuk mengirimkan data kepenerima dengan perubahan intensitas cahaya yang begitu cepat sehingga takdapat dilihat oleh mata manusia.

Seorang fisikawan dan profesor Jerman, HaraldHaas melalui proyek dari perusahaan Pure VLC ini mengembangkan metode smartlighting yang memungkinkan cahaya digunakan untuk mengirim dan menerima datayang mampu mencapai kecepatan hingga 50 Mbps.

Saat ini harus diakui bahwa kecepatan transferdata dari teknologi Light Fidelity ini memang belum bisa mengalahkan kecepatantransfer data dari standar Wireles Fidelity senerasi terakhir.

Harald Haas juga menambahkan bahwa ia dantimnya terus berusaha untuk mengembangkan sistem LiFi di laboratorium agardapat menghasilkan kecepatan hingga satuan gigabit per detik.

Seperti yang dilansir dari ArsTechnica, LiFiini memiliki beberapa kelebihan seperti luas spektrum transmisi yang lebih luashingga 10.000 dari wireless fidelity yangberbasis gelombang radio. LiFi jugamampu menyediakan konektivitas nirkabel dirumah atau dikamar tanpa takutterjadi kebocoran sinyal.
Sumber :: http://melansir.blogspot.com/

Senin, 01 Oktober 2012

pnghitngan subneting

Berikut Adalah bahan Bacaan RINGAN Tentang Perhitungan Subnetting, yang menurut saya bagus untuk di jadikan referensi.

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:Subnet Mask    Nilai CIDR

Minggu, 09 September 2012

skin pack for windows

ni gue mau share masalah skinpack yang cuman gitu-gitu ajah.coba ni skin pack....!!!!!

Saya akan bagi-bagi skin pack nih. Skin pack yang saya bagikan yaitu terdiri atas Blue Alienware Skin Pack, Lion Skin Pack 4.0, Dark Zune Skin Pack 1.0, dan Windows 8 Skin Pack. Skin pack ini hanya bisa digunakan di windows saja. Skin Pack ini bisa merubah tampilan tampilan Windows sobat menjadi lebih keren dari sebelumnya.

  • Blue Alienware Skin Pack

=> Download <= 
31 MB

=> Download <=
9 MB
<<<<< Dark Zune Skin Pack 1.0-X86.rar >>>>> 
  • Lion Skin Pack 4.0



=> Download <=
33 MB
<<<<< Lion Skin Pack.rar >>>>>
  • Windows 8 Skin Pack
 => Download <=
7 MB

sejarah komputer

Sejarah Munculnya Jaringan

Sejarah jaringan komputer bermula dari lahirnya konsep jaringan komputer pada tahun 1940-an di Amerika yang digagas oleh sebuah proyek pengembangan komputer MODEL I di laboratorium Bell dan group riset Universitas Harvard yang dipimpin profesor Howard Aiken.Pada mulanya proyek tersebut hanyalah ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer yang harus dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses tanpa banyak membuang waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch Processing), sehingga beberapa program bisa dijalankan dalam sebuah komputer dengan kaidah antrian.

Kemudian ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai berkembang sampai terciptanya super komputer, maka sebuah komputer harus melayani beberapa tempat yang tersedia (terminal), untuk itu ditemukan konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS (Time Sharing System). Maka untuk pertama kalinya bentuk jaringan (network) komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah komputer atau perangkat lainnya yang terhubung dalam suatu jaringan (host) komputer. Dalam proses TSS mulai terlihat perpaduan teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang pada awalnya berkembang sendiri-sendiri. Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset yang bertujuan untuk menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik pada tahun 1969. Program riset ini dikenal dengan nama ARPANET.[5] Pada tahun 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan. Dan pada tahun 1970 itu juga setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan harga perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal, maka mulailah digunakan konsep proses distribusi (Distributed Processing). Dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer. Dalam proses distribusi sudah mutlak diperlukan perpaduan yang mendalam antara teknologi komputer dan telekomunikasi, karena selain proses yang harus didistribusikan, semua host komputer wajib melayani terminal-terminalnya dalam satu perintah dari komputer pusat.
Ini adalah Model Time Sharing System (TSS)